Blogger Template by Blogcrowds

Totalitas mencinta.

Cinta.
Definisi klasik mengatakan cinta adalah rasa ingin memiliki seseorang atau sesuatu.
Akan tetapi sebagian lain berpendapat bahwa cinta tidak harus memiliki.
Memberikan segala yang terbaik bagi yang dicintai adalah sudah cukup tanpa harus selalu bersama yang dicintai.
Itukah definisi cinta sebenarnya?
Dari sekian banyak persepsi manusia tentang cinta kita sepakat bahwa cinta membawa manusia kepada hal yang lebih baik.
Hampir semua orang di planet bumi ini pernah mendengar kisah cinta Romeo dan Juliet. Cerita yang telah banyak disadur ke sekian banyak versi salah satunya Romi dan Yuli di Indonesia. Seperti itukah cinta yang ada pada fitrah manusia? Seperti itukah pengorbanan untuk cinta? Atau terlalu murahkah cinta dihargai dengan sebuah nyawa?
Mari kita resapi kisah cinta yang diajarkan sejarah pada kita.

Pagi itu langit menguning. Burung-burung nampak enggan mengepakkan sayapnya.
Rasulullah dengan suara terbata memberi petuah kepada para sahabat tentang warisan beliau untuk kehidupan dunia dan akhirat yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
“Barang siapa mencintai sunahku, maka berarti dia mencintaiku. Barang siapa mencintaiku, maka kelak dia akan bersamaku di surga”, salah satu pesan yang disampaikan beliau dalam tausiyahnya.
Rasulullah pulang ke rumah beliau dalam keadaan lemas, pertanda beliau sakit. Di ketika beliau berbaring seseorang mengetuk pintu rumah beliau meminta izin untuk masuk.
Ketika dipersilakan masuk, barulah diketahui bahwa tamu itu adalah malakal maut yang meminta izin untuk mencabut nyawa Rasulullah.
Tidak ada keheranan dari sang suri tauladan karena tanda-tanda itu memang tampak setelah turunnya ayat terakhir yang menyempurnakan Islam, agama yang diridhai Allah.
Rasulullah menanyakan kepada Izrail, mengapa Jibril yang selalu menemaninya mempelajari ayat-ayat Allah tidak ikut serta turun ke bumi menjemputnya. Izrail mengatakan bahwa Jibril telah menunggu kedatangan beliau ‘di atas sana’.
Setelah Rasulullah memohon kedatangan Jibril, Jibril pun datang berdialog dengan Rasulullah.
“Jibril, jelaskan apa hakku di hadapan Allah nanti?” Tanya Rasulullah dengan amat lemah.
“Pintu-pintu langit terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu”, kata Jibril.
Janji Allah itu belum membuat Rasulullah merasa lega.
“Apakah engkau tidak senang mendengar kabarku ini?” Jibril bertanya kembali.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib ummatku kelak wahai Jibril”.
“Jangan khawatir wahai Rasulullah, Allah pernah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali ummat Muhammad telah berada di dalamnya’”, Kata Jibril.
Detik-detik itu telah tiba, saatnya Izrail melaksanakan tugasnya.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik dan tampak badan Rasulullah terkujur tegang.
“Betapa sakit sakaratul maut ini ya Jibril”.
Fatimah yang berada di samping Rasulullah memejam, dan Ali menunduk. Sedang Jibril membuang muka.
“Jijikkah kau kepadaku hingga kau palingkan wajahmu itu dariku?” Tanya Rasulullah kepada Jibril.
“Siapa yang tega melihat kekasih Allah direnggut ajal”, jawab Jibril.
“Ya Allah dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”. Rasulullah merintih.
Ketika Ali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah, terdengar beberapa pesan. Salah satu yang terdengar adalah Rasul berkata lirih, “ummatii… ummatii…”
Usai lah sudah riwayat beliau.

Sebesar itu lah rasa cinta Rasulullah terhadap umat beliau. Terhadap kita.
Lalu, sebesar apakah cinta kita kepada beliau??

Inspirated by Herry Nurdy @ The Secret 4 Moslem

2 Comments:

  1. Lovesia said...
    ci link ya..
    b3lut said...
    hohoho bang Hasmi akhirnya quwh comment... heei dapat dari mana inih??? tulisan koq,,, bagus banget yawh??? heheh yayayaya I know ho you are???

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda